Senin, 09 Januari 2012

STILISTIKA

Rangkuman STILISTIKA
a. Balada
Menurut Graves (1963), Balada merupakan sajak yang bersemangat, sederhana dalam bait-bait pendek, berisi cerita popular yang diceritakan dengan jelas, mengandung humor, tidak berupa khotbah atau berita politik, lebih menarik perhatian dari pada pikiran, kebanyakan bertema kembar: cinta dan kematian, menghindari retorik, dan megandung suspensi untuk menarik perhatian.
Dunia balada adalah dunia magis, misteris dan barbar. Hingga abad ke-18, balada digunakan sebagai cara menyembah berhala dalam agama lama. Balada juga digunakan untuk membasmi hama tumbuhan, membunuh binatang dan manusia, dan peningkatan pernapasan. Biasanya balada digunakan dalam perayaan-perayaan agama lama, pesta makan besar dan pesta natal. Adapula balada yang dinyanyikan pada saat orang berkerja di bengkel, menenun, menggiling jagung, mencangkul, dan sebagainya.
Menurut Hartoko dan Rahmanto (1986), mengemukakan bahwa balada adalah cerita dalam bentuk syair yang mengisahkan perbuatan tokoh legendaris, entah dari zaman baheula entah zaman yang belum lama berselang.
b. Jenis-jenis Balada
Hartoko dan Rahmanto (1986), membedakan antara balada rakyat dan literer, balada rakyat berasal dari rakyat dan dibawakan dalam pertemuan-pertemuan rakyat mengisahkan tindak kepahlawanan seorang tokoh sejarah atau peristiwa-peristiwa tang terjadi pada zaman dahulu, kadang-kadang juga cerita tentang sebuah percintaan antara dua kekasih tetapi biasanya tanpa akhir bahagia, sedangkan balada literer merupakan balada yang terjadi di Perancis pada abad pertengahan (balada-lagu mengiringi sebuah tari) yang populer di abad ke-14 dan ke-15.
Pradopo (1995), mengemukakan bahwa balada terdapat tiga ragam yaitu: balada klasik, balada romantil dan balada modern yang ketiganya mengandung misteri kehidupan. Balada klasik mengandung misteri karena kepercayaan pada kekuatan gaib, balada romantik yang mengambil kehidupan pada masa penyair menulis sajaknya, dan balada modern yang di dalamnya mengandung misteri kehidupan yang absurd untuk mengemukakan isi pikiran penyair secara tidak langsung.
c. Gaya Bahasa
Menurut Pradopo (2007), gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, maksud efek ini adalah efek estetik yang menyebabkan karya sastra bernilai seni.
d. Jenis-jenis Gaya Bahasa
Pradopo (1999), mengemukakan bahwa jenis-jenis gaya bahasa berkaitan dengan unsur-unsur bahasa atau aspek bahasa yaitu, intonasi, bunyi, kata, dan kalimat. Akan tetapi karena intonasi hanya ada dalam bahasa lisan oleh karena itu gaya intonasi sukar diteliti.
Gaya bunyi meliputi kiasa bunyi, sajak (rima), onomatope, orkestrasi, dan irama. Gaya kata meliputi gaya bentuk kata (morfologi), gaya arti kata (semantik): diksi, bahasa kiasan, gaya citraan, dan gaya asal-usul kata (etimologi), gaya kalimat meliputi gaya bentuk kalimat dan sarana retorika.
e. Stilistika
Pradopo (1999), mengemukakan bahwa stilistika itu tidak hanya merupakan studi gaya bahasa dalam kesusteraan saja, melainkan juga studi gaya bahasa dalam bahasa pada umumnya meskipun ada perhatian khusus pada bahasa kesusuteraan yang paling sadar dan paling kompleks.
f. Jenis-jenis Stilistika
Hartoko dan Rahmanto (1986), mengemukakan bahwa dalam stilistika dibedakan antara stilistika deskriptif dan stilistika genetik. Stilistika deskriptif mendekati gaya bahasa sebgai keseluruhan daya ekspresi kejiwaan yang terkandung dalam suatu bahasa (langue), yaitu secara morfologis, sintaksis, dan semantis. Adapun stilistika genetic adalah stilistika individual yang memandang gaya bahasa sebagai ungkapan yang khas pribadi.
g. Strukturalisme-Semiotik
Pradopo (2007), mengemukakan bahwa teori strukturalisme yang telah dikemukakannya itu adalah teori strukturalisme murni. Dalam analisis struktural murni karya sastra itu harus dianalisis struktur analisisnya saja. Oleh karena itu tidak boleh dikaitkan dengan unsur-unsur itu dengan hal-hal diluar strukturnya.
Strukturalisme dinamik adalah strukturalisme dalam kerangka semiotik, yaitu dengan memperhatikan karya sastra sebagai system tanda. Oleh karena itu, untuk pemakaian puisi dipergunakan kerangka teori (dan metode) strukturalisme-semiotik.
h. Jenis-jenis Tanda
Terdapat prinsip tanda yaitu penanda (signifier, significant) atau yang menandai dan petanda atau ditandai (signified, signifie’) yang merupakan atinya (makna).
Ada tiga tanda yang pokok berdasarkan hubungan penanda dan petandanya: ikon, indeks, dan simbol. Ikon itu tanda yang menunjukkan bahwa antara penanda dan petanda itu adalah hubungan persamaan, indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan penanda dan petanda itu bersifat kausalitas (hubungan sebab-akibat), simbol adalah tanda yang penanda dan petanda tidak ada hubungan alamiah.

BY MEY SI CAT ........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar